Latar belakang
Allah SWT menjadikan kehidupan manusia selalu berkembang menuju masa yang lebih kompleks. Seiring dengan berjalannya waktu Allah SWT membuka lebar cakrawala keagungan-Nya. Allah SWT menurunkan sedikit dari ilmu-Nya yang maha dahsyat kepada umat manusia. Salah satunya adalah ilmu di bidang teknologi. Pada abad ke-17 mikroskop telah ditemukan oleh Antony Van Leuwoonhook. Teknologi mikroskop terus berkembang, hingga saat ini kita dapat menggunakan mikroskop elektron yang mampu memperbesar gambar sampai ribuan kali.
Adanya mikroskop mendorong para ilmuan untuk mengembangkan penelitiannya tidak hanya pada makro objek tetapi juga pada mikro objek. Salah satu penelitian mikro objek adalah penelitian di bidang embriologi. Penelitian tersebut memberikan hasil yang sama dengan tahap perkembangan embriologi dalam Al-Quran. Ini merupakan bukti dari kebenaran Al-Quran.
Tujuan
Jika kita mengkaji penelitian-penelitian oleh para ilmuan terkemuka di dunia, kita akan mendapatkan hasil yang menakjubkan. Hasil dari penelitian mereka merupakann penjabaran dari ilmu Allah SWT yang diturunkan dalam Al-quran. Pengangkatan tema tentang embriologi ini bertujuan untuk menunjukkan bahwasannya Al-Quran merupakan bahan acuan atau secara ilmiah dikenal sebagai tinjauan pustaka yang mempunyai nilai keakuratan dan keilmiahan yang tinggi. Selain itu juga menunjukkan kepada umat manusia atas kebesaran ilmu Allah SWT yang sampai saat ini baru sebagian kecil yang terungkap. Masih banyak ilmu pengetahuan yang belum terjelaskan. Untuk melakukan penelitian tentang makro maupun mikro objek sudah seharusnya para ilmuan menempatkan Al-Quran sebagai bahan rujukan utama.
Rumusan Masalah
Jelas bahwasannya sebagian besar hasil penelitian menunjukkan bukti nyata akan kebenaran Al-Quran. Namun, ketidaktahuan para ilmuan dan umat manusia tentang Al-Quran menjadikan Al-Quran tidak dikaitkan dengan kebenaran yang ada. Jika seorang memahami Al-Quran, kebanyakan dari mereka tidak tanggap akan adanya penelitian yang sebenarnya membuktikan firman Allah SWT tersebut. Seharusnya Al-Quran ditempatkan sebagai rujukan utama dalam penarikan, pembahasan, serta penyimpulan suatu hipotesis. Karena di dalam Al-Quran tidak hanya terdapat kebenaran tetapi juga bukti nyata yang dapat diterima oleh akal sehat melalui penyampaiannya yang sederhana dan jelas.
Pembahasan
Ilmu pengetahuan adalah segala usaha sadar untuk mmenyelidiki, menemukan dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia. Ilmu pengetahuan juga dapat diartikan sebagai sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan secara sistematik dapat diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu. Sedangkan Al-Quran merupakan wahyu Allah SWT yang disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantara malaikat Jibril agar digunakan sebagai pedoman hidup manusia supaya menjadi manusia yang selamat di dunia dan di akhirat. Pada dasarnya umat manusia menempatkan ilmu pengetahuan dan Al-Quran sebagai sesuatu yang berbeda dan terpisah. Padahal sesungguhnya Al-Quran dan ilmu pengetahuan merupakan dua hal yang saling berkaitan. Ilmu pengetahuan merupakan interpretasi dan pembuktian dari Al-Quran. Sebagaimana para ilmuan barat yang meneliti tentang perkembangan embrio yang mendapatkan hasil sesuai dengan penjelasan Allah SWT tentang penciptaan manusia di dalam Al-Quran.
Dalam Al-Quran Allah SWT menjelaskan bahwa awal pembentukan manusia berasal dari air mani atau dalam bahasa arabnya disebut “sulalatin min thin” . hal ini terkandung dalam surat Al Mu’minun ayat 12 yang artinya “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari sari pati (berasal) dari tanah”. Sulalah berasal dari bahasa arab yang berarti sari pati atau bagian terbaik dari keseluruhan. Hasil studi biologi tentang perkembangan embrio menyatakan bahwa hanya ada satu spermatozoa yang mampu menembus sel telur dan membuahinya yaitu sel yang mempunyai kemampuan terbaik. Satu sperma tersebut dalam Al-Quran disebut sebagai ‘sulalah’ yang berarti ekstraksi yang lembut dari suatu cairan.
Hasil pembuahan antara sperma dan ovum kemudian di simpan di rahim. Pada ayat ke-13 surat Al Mu’minun rahim disebut “Qararim makin” yang berarti tempat yang kokoh. Rahim terlindungi dengan baik dari posterior oleh tulang belakang yang didukung tegas oleh otot punggung. Embrio lebih lanjut dilindungi oleh kantung ketuban yang berisi cairan ketuban. Dengan demikian janin mempunyai tempat tinggal yang terlindungi.
Profesor Keith Moore, seorang profesor Emeritus ahli anatomi dan embriologi dari Universitas Toronto Kanada, dalam hasil penelitiannya menyatakan bahwa embrio berkembang di dalam kandungan ibu yang dilindungi dengan tiga lapisan, yaitu dinding perut depan, dinding uterus, dan membran amniokhorinik. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat Az Zumar ayat 39 yang artinya,” ...Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan (kegelapan dalam perut, kegelapan dalam rahim, dan kegelapan yang menutup anak dalam rahim)...”
Adapun tahap-tahap perkembangan embrio dalam Al-Quran dijelaskan dalam surat Al Mu’minun ayat 14. Fase perkembangan embrio setelah pembuahan yaitu alaqah (segumpal darah), mudghah(segumpal daging), idham (tulang), kisaa ul-idham bil laham (daging pembungkus tulang), dan an-nash’a (janin).
Dalam bahasa arab, kata alaqah memiliki tiga makna, yaitu lintah, sesuatu yang menggantung , dan segumpal darah. Ketiga pengertian tersebut telah dibuktikan oleh Profesor Moore dalam penelitiannya. Makna alaqah sebagai lintah merupakan deskripsi bagi embrio yang masih berumur 1-24 hari, menempel pada uterus ibu dan memeroreh darah dari ibunya seperti lintah yang menempel di kulit dan memeroleh darah dari inangnya. Makna alaqah sebagai sesuatu yang menggantung diperlihatkan oleh embrio yang menempel pada uterus. Makna ketiga, alaqah adalah segumpal darah dideskripsikan oleh profesor Moore bahwasannya ada sejumlah besar darah yang tidak bersirkulasi membentuk gumpalan sampai usia embrio mencapai tiga minggu.
Tahap perkembangan embrio selanjutnya setelah alaqah adalah mudghah. Kata mudghah dalam bahasa arab adalah sesuatu yang dikunyah. Pada tahap mudghah, ukuran embrio mirip denagn ukuran permen karet yang dikunyah orang. Pada penelitiannya, Profesor Moore mengambil sepotong plester segel kemudian dibuat ke bentuk dan ukuran awal janin serta menguyahnya antara gigi untuk membuatnya seperti mudghah. Dia membandingkannya dengan foto-foto pada tahap awal perkembangan janin dan dia menemukan kemiripan antara keduanya.
Profesor Marshall Johnson, seorang ilmuan terkemuka di AS, yang merupakan Kepala departemen Anatomi dan Direktur Institut Daniel di Thomas Jefferson University di Philadelphia di Amerika Serikat mengemukakan bahwa pada tahap mudghah jika embrio disayat dan organ internalnya dibedah akan terlihat sebagian besar embrio yang sudah terbentuk dan ada bagian yang belum terbentuk sepenuhnya. Jika kita menggambarkan embrio yang sudah terbentuk artinya kita hanya mendeskripsikan bagian yang sudah terbentuk saja. Jika kita menggambarkan bagian yang belum terbentuk berarti hanya menjelaskan bagian yang belum terbentuk. Dalam kondisi bingung seperti itu tidak ada yang dapat memberi jabawan kecuali ayat ke-5 dari surat Alhajj. Disini Allah SWT berfirman yang artinya,”...Kami telah mewujudkan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan tidak sempurna...” Dari sini secara ilmiah disimpulkan bahwa pada tahap awal perkembangan ada beberapa sel yang dibedakan dan ada yang terdeferensiasi.
Setelah melalui tahap mudghah, embrio berkembang menjadi idham (tulang belulang). Tulang tersebut merupakan diferensiasi dari bagian seperti bekas gigi yang mirip dengan ‘somit’ pada tahap mudghah. Selanjutnya berkembang menjadi kisaa ul-idham bil laham yaitu daging yang membungkus tulang-belulang. Kemudian terbentuklah janin.
Setelah terbentuk janin, Allah SWT meniupkan roh kedalamnya dan menganugerahkan kepadanya pendengaran dan penglihatan, sebagaimana ayat berikut:
“...Dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran dan penglihatan dan hati...” [Al-Quran surat As Sajdah:9]
Hal tersebut juga sesuai dengan hasil penelitian yang menyatakan dalam perkembangan embrio janin dapat mendengar suara setelah minggu ke-24. Selanjutnya indra penglihatan berkembang pada minggu ke-28, retina menjadi sensitif terhadap cahanya.
Profesor Moore mengaku takjub akan penjelasan perkembangan embrio dalam Al-quran yang sesuai dengan penelitiannya. Bahkan Profesor Moore menyatakan klasifikasi perkembangan embrio dalam Al-Quran lebih mudah dipahami karena tahap-tahapnya dibedakan berdasarkan perubahan bentuk embrio yang dapat diidentifikasi dengan jelas. Sedangkan metode yang dia gunakan masih menggunakan metode angka yang lebih sulit dipahami.
Simpulan
Penelitian tentang embriologi merupakan bukti nyata akan kebenaran Al-Quran. Al-quran memberikan penjelasan tahap perkembangan embrio dengan lebih jelas dan mudah dipahami daripada metode yang digunakan para ilmuan. Hal ini memperkuat keilmiahan dan keagungan Al-Quran yang Allah SWT turunkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar