Selasa, 14 Desember 2010

SAINS MEMBUKTIKAN
KEBENARAN AYAT AL-QUR’AN


Seorang guru besar/ahli bedah kenamaan Prancis, Prof. Dr. Maurice Bucaille, masuk Islam secara diam-diam. Sebelumnya ia membaca dalam Al-Qur’an, bahwa Fir’aun itu mati karena tenggelam di laut (dengan shock yang berat) dan jasadnya oleh Allah diselamatkan (Yunus:92). Dicarinya mumi Fir’aun itu; dan setelah ketemu, dilakukannya bedah mayat. Hasilnya membuat ia terheran-heran, karena sel-sel syaraf Fir’aun menunjukan bahwa kematiannya benar akibat tenggelam di laut dengan shock yang hebat. Menemukan bukti ini, ia yakin kalau Al-Qur’an itu wahyu Allah. Prof. Dr. Maurice Bucaille mengatakan bahwa semua ayat-ayat Al-Qur’an masuk akal dan mendorong sains untuk maju. Ia pun lantas masuk Islam.

Ir. RHA. Syahrul Alim Msc dalam bukunya “Menuju Persaksian”, menjelaskan tentang beberapa penemuan ilmu pengetahuan yang menakjubkan, yang sebenarnya telah disiratkan dalam Al-Qur’an: yaitu antara lain:

Keadaan bagian Bumi
Bumi yang kita tempati ini, adalah suatu planet yang kurang lebih berbentuk bola raksasa. Bagian luar dari bola bumi yang berupa tanah dan batuan mempunyai kerapatan kira-kira 3 gram/cc. Makin jauh kedalam bumi ternyata makin besar rapatnya dan makin tinggi pula temperaturnya. Pada kira-kira 50 Km dari permukaan bumi maka temperaturnya mencapai kira-kira 1500 oC dan rapatnya kira-kira 3,5 gram/cc. Pada jarak kira-kira 3000 km ke dalam bumi rapatnya akan mencapai nilai 9,7 gram/cc dan suhunya kira-kira 5000 oC. Bagian ini disebut teras bumi. Di pusat bumi rapatnya akan naik lagi sehingga mencapai kira-kira 13 gram/cc dan suhunya ditaksir kira-kira 7000 oC

Bagaimana halnya jika pada suatu ketika bumi berkesempatan memuntahkan isinya yang berat dan panasnya itu? Ia akan mengejutkan seluruh umat manusia, dan akan mengakibatkan kehancuran serta kemusnahan semua kehidupan di muka bumi. Dan ini berarti hari akhir bagi semua manusia. Allah memberitahukan peristiwa yang akan terjadi pada hari kiamat itu:

Jika bumi diguncangkan dengan sehebat-hebatnya dan bumi mengeluarkan isi-isinya yang berat
Az-Zilzal:1-2

Dan jika bumi diulurkan (dikembangkan) dan bumi memuntahkan isi-isinya, dan menjadi kosonglah ia.
Al-Insyiqoq:3-4

Firman-firman di atas sesuai sekali dengan apa yang telah diketahui oleh manusia sekarang ini tentang isi (bagian dalam) bumi, seperti diterangkan di atas

Pasang-pasangan dalam bumi
Dalam kehidupan sehari-hari, kita mengenal adanya pasang-pasangan. Jantan dan betina, siang dan malam, dan lain-lain. Pasang-pasangan seperti itu bersifat saling melengkapi dan mengakibatkan timbulnya keharmonisan dalam alam ini. Dalam penyelidikan manusia tentang zarah elementer yang merupakan batu penyusun dari benda-benda, ternyata juga dijumpai pasangan-pasangan. Menurut fisika atom atau fisika inti, telah diketemukan pasangan-pasangan yang sangat menggemparkan para ahli, seperti elektron dan positron, proton dan anti proton, nuetron dan anti neutron dan berbagai-bagai zarah dan anti zarah lainnya. Dengan demikian terbukalah kemungkinan adanya anti materi disamping materi yang biasa, atau adanya anti atom disamping atom-atom biasa

Penelitian Sains Embriologi Menyibak Keilmiahan Al-qur'an

Latar belakang
Allah SWT menjadikan kehidupan manusia selalu berkembang menuju masa yang lebih kompleks. Seiring dengan berjalannya waktu Allah SWT membuka lebar cakrawala keagungan-Nya. Allah SWT menurunkan sedikit dari ilmu-Nya yang maha dahsyat kepada umat manusia. Salah satunya adalah ilmu di bidang teknologi. Pada abad ke-17 mikroskop telah ditemukan oleh Antony Van Leuwoonhook. Teknologi mikroskop terus berkembang, hingga saat ini kita dapat menggunakan mikroskop elektron yang mampu memperbesar gambar sampai ribuan kali.
Adanya mikroskop mendorong para ilmuan untuk mengembangkan penelitiannya tidak hanya pada makro objek tetapi juga pada mikro objek. Salah satu penelitian mikro objek adalah penelitian di bidang embriologi. Penelitian tersebut memberikan hasil yang sama dengan tahap perkembangan embriologi dalam Al-Quran. Ini merupakan bukti dari kebenaran Al-Quran.

Tujuan
Jika kita mengkaji penelitian-penelitian oleh para ilmuan terkemuka di dunia, kita akan mendapatkan hasil yang menakjubkan. Hasil dari penelitian mereka merupakann penjabaran dari ilmu Allah SWT yang diturunkan dalam Al-quran. Pengangkatan tema tentang embriologi ini bertujuan untuk menunjukkan bahwasannya Al-Quran merupakan bahan acuan atau secara ilmiah dikenal sebagai tinjauan pustaka yang mempunyai nilai keakuratan dan keilmiahan yang tinggi. Selain itu juga menunjukkan kepada umat manusia atas kebesaran ilmu Allah SWT yang sampai saat ini baru sebagian kecil yang terungkap. Masih banyak ilmu pengetahuan yang belum terjelaskan. Untuk melakukan penelitian tentang makro maupun mikro objek sudah seharusnya para ilmuan menempatkan Al-Quran sebagai bahan rujukan utama.


Rumusan Masalah
Jelas bahwasannya sebagian besar hasil penelitian menunjukkan bukti nyata akan kebenaran Al-Quran. Namun, ketidaktahuan para ilmuan dan umat manusia tentang Al-Quran menjadikan Al-Quran tidak dikaitkan dengan kebenaran yang ada. Jika seorang memahami Al-Quran, kebanyakan dari mereka tidak tanggap akan adanya penelitian yang sebenarnya membuktikan firman Allah SWT tersebut. Seharusnya Al-Quran ditempatkan sebagai rujukan utama dalam penarikan, pembahasan, serta penyimpulan suatu hipotesis. Karena di dalam Al-Quran tidak hanya terdapat kebenaran tetapi juga bukti nyata yang dapat diterima oleh akal sehat melalui penyampaiannya yang sederhana dan jelas.

Pembahasan
Ilmu pengetahuan adalah segala usaha sadar untuk mmenyelidiki, menemukan dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia. Ilmu pengetahuan juga dapat diartikan sebagai sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan secara sistematik dapat diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu. Sedangkan Al-Quran merupakan wahyu Allah SWT yang disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantara malaikat Jibril agar digunakan sebagai pedoman hidup manusia supaya menjadi manusia yang selamat di dunia dan di akhirat. Pada dasarnya umat manusia menempatkan ilmu pengetahuan dan Al-Quran sebagai sesuatu yang berbeda dan terpisah. Padahal sesungguhnya Al-Quran dan ilmu pengetahuan merupakan dua hal yang saling berkaitan. Ilmu pengetahuan merupakan interpretasi dan pembuktian dari Al-Quran. Sebagaimana para ilmuan barat yang meneliti tentang perkembangan embrio yang mendapatkan hasil sesuai dengan penjelasan Allah SWT tentang penciptaan manusia di dalam Al-Quran.
Dalam Al-Quran Allah SWT menjelaskan bahwa awal pembentukan manusia berasal dari air mani atau dalam bahasa arabnya disebut “sulalatin min thin” . hal ini terkandung dalam surat Al Mu’minun ayat 12 yang artinya “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari sari pati (berasal) dari tanah”. Sulalah berasal dari bahasa arab yang berarti sari pati atau bagian terbaik dari keseluruhan. Hasil studi biologi tentang perkembangan embrio menyatakan bahwa hanya ada satu spermatozoa yang mampu menembus sel telur dan membuahinya yaitu sel yang mempunyai kemampuan terbaik. Satu sperma tersebut dalam Al-Quran disebut sebagai ‘sulalah’ yang berarti ekstraksi yang lembut dari suatu cairan.
Hasil pembuahan antara sperma dan ovum kemudian di simpan di rahim. Pada ayat ke-13 surat Al Mu’minun rahim disebut “Qararim makin” yang berarti tempat yang kokoh. Rahim terlindungi dengan baik dari posterior oleh tulang belakang yang didukung tegas oleh otot punggung. Embrio lebih lanjut dilindungi oleh kantung ketuban yang berisi cairan ketuban. Dengan demikian janin mempunyai tempat tinggal yang terlindungi.
Profesor Keith Moore, seorang profesor Emeritus ahli anatomi dan embriologi dari Universitas Toronto Kanada, dalam hasil penelitiannya menyatakan bahwa embrio berkembang di dalam kandungan ibu yang dilindungi dengan tiga lapisan, yaitu dinding perut depan, dinding uterus, dan membran amniokhorinik. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat Az Zumar ayat 39 yang artinya,” ...Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan (kegelapan dalam perut, kegelapan dalam rahim, dan kegelapan yang menutup anak dalam rahim)...”
Adapun tahap-tahap perkembangan embrio dalam Al-Quran dijelaskan dalam surat Al Mu’minun ayat 14. Fase perkembangan embrio setelah pembuahan yaitu alaqah (segumpal darah), mudghah(segumpal daging), idham (tulang), kisaa ul-idham bil laham (daging pembungkus tulang), dan an-nash’a (janin).
Dalam bahasa arab, kata alaqah memiliki tiga makna, yaitu lintah, sesuatu yang menggantung , dan segumpal darah. Ketiga pengertian tersebut telah dibuktikan oleh Profesor Moore dalam penelitiannya. Makna alaqah sebagai lintah merupakan deskripsi bagi embrio yang masih berumur 1-24 hari, menempel pada uterus ibu dan memeroreh darah dari ibunya seperti lintah yang menempel di kulit dan memeroleh darah dari inangnya. Makna alaqah sebagai sesuatu yang menggantung diperlihatkan oleh embrio yang menempel pada uterus. Makna ketiga, alaqah adalah segumpal darah dideskripsikan oleh profesor Moore bahwasannya ada sejumlah besar darah yang tidak bersirkulasi membentuk gumpalan sampai usia embrio mencapai tiga minggu.
Tahap perkembangan embrio selanjutnya setelah alaqah adalah mudghah. Kata mudghah dalam bahasa arab adalah sesuatu yang dikunyah. Pada tahap mudghah, ukuran embrio mirip denagn ukuran permen karet yang dikunyah orang. Pada penelitiannya, Profesor Moore mengambil sepotong plester segel kemudian dibuat ke bentuk dan ukuran awal janin serta menguyahnya antara gigi untuk membuatnya seperti mudghah. Dia membandingkannya dengan foto-foto pada tahap awal perkembangan janin dan dia menemukan kemiripan antara keduanya.
Profesor Marshall Johnson, seorang ilmuan terkemuka di AS, yang merupakan Kepala departemen Anatomi dan Direktur Institut Daniel di Thomas Jefferson University di Philadelphia di Amerika Serikat mengemukakan bahwa pada tahap mudghah jika embrio disayat dan organ internalnya dibedah akan terlihat sebagian besar embrio yang sudah terbentuk dan ada bagian yang belum terbentuk sepenuhnya. Jika kita menggambarkan embrio yang sudah terbentuk artinya kita hanya mendeskripsikan bagian yang sudah terbentuk saja. Jika kita menggambarkan bagian yang belum terbentuk berarti hanya menjelaskan bagian yang belum terbentuk. Dalam kondisi bingung seperti itu tidak ada yang dapat memberi jabawan kecuali ayat ke-5 dari surat Alhajj. Disini Allah SWT berfirman yang artinya,”...Kami telah mewujudkan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan tidak sempurna...” Dari sini secara ilmiah disimpulkan bahwa pada tahap awal perkembangan ada beberapa sel yang dibedakan dan ada yang terdeferensiasi.
Setelah melalui tahap mudghah, embrio berkembang menjadi idham (tulang belulang). Tulang tersebut merupakan diferensiasi dari bagian seperti bekas gigi yang mirip dengan ‘somit’ pada tahap mudghah. Selanjutnya berkembang menjadi kisaa ul-idham bil laham yaitu daging yang membungkus tulang-belulang. Kemudian terbentuklah janin.
Setelah terbentuk janin, Allah SWT meniupkan roh kedalamnya dan menganugerahkan kepadanya pendengaran dan penglihatan, sebagaimana ayat berikut:
“...Dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran dan penglihatan dan hati...” [Al-Quran surat As Sajdah:9]
Hal tersebut juga sesuai dengan hasil penelitian yang menyatakan dalam perkembangan embrio janin dapat mendengar suara setelah minggu ke-24. Selanjutnya indra penglihatan berkembang pada minggu ke-28, retina menjadi sensitif terhadap cahanya.
Profesor Moore mengaku takjub akan penjelasan perkembangan embrio dalam Al-quran yang sesuai dengan penelitiannya. Bahkan Profesor Moore menyatakan klasifikasi perkembangan embrio dalam Al-Quran lebih mudah dipahami karena tahap-tahapnya dibedakan berdasarkan perubahan bentuk embrio yang dapat diidentifikasi dengan jelas. Sedangkan metode yang dia gunakan masih menggunakan metode angka yang lebih sulit dipahami.

Simpulan
Penelitian tentang embriologi merupakan bukti nyata akan kebenaran Al-Quran. Al-quran memberikan penjelasan tahap perkembangan embrio dengan lebih jelas dan mudah dipahami daripada metode yang digunakan para ilmuan. Hal ini memperkuat keilmiahan dan keagungan Al-Quran yang Allah SWT turunkan.

Mengungkap kebenaran Al-Qur'an lewat Sains

ILMU BIOLOGI

Pembungkusan Tulang oleh Otot
Sisi penting lain tentang informasi yang disebutkan dalam ayat-ayat Al Qur’an adalah tahap-tahap pembentukan manusia dalam rahim ibu. Disebutkan dalam ayat tersebut bahwa dalam rahim ibu, mulanya tulang-tulang terbentuk, dan selanjutnya terbentuklah otot yang membungkus tulang-tulang ini.
“Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang-belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik” (Al Qur’an, 23:14)
eebacakkem1_ind.thumbnailEmbriologi adalah cabang ilmu yang mempelajari perkembangan embrio dalam rahim ibu. Hingga akhir-akhir ini, para ahli embriologi beranggapan bahwa tulang dan otot dalam embrio terbentuk secara bersamaan. Karenanya, sejak lama banyak orang yang menyatakan bahwa ayat ini bertentangan dengan ilmu pengetahuan. Namun, penelitian canggih dengan mikroskop yang dilakukan dengan menggunakan perkembangan teknologi baru telah mengungkap bahwa pernyataan Al Qur’an adalah benar kata demi katanya.
ELDOUM188_indPenelitian di tingkat mikroskopis ini menunjukkan bahwa perkembangan dalam rahim ibu terjadi dengan cara persis seperti yang digambarkan dalam ayat tersebut. Pertama, jaringan tulang rawan embrio mulai mengeras. Kemudian sel-sel otot yang terpilih dari jaringan di sekitar tulang-tulang bergabung dan membungkus tulang-tulang ini.
eeISKELETB1_indPeristiwa ini digambarkan dalam sebuah terbitan ilmiah dengan kalimat berikut:
Dalam minggu ketujuh, rangka mulai tersebar ke seluruh tubuh dan tulang-tulang mencapai bentuknya yang kita kenal. Pada akhir minggu ketujuh dan selama minggu kedelapan, otot-otot menempati posisinya di sekeliling bentukan tulang. (Moore, Developing Human, 6. edition,1998.)
Singkatnya, tahap-tahap pembentukan manusia sebagaimana digambarkan dalam Al Qur’an, benar-benar sesuai dengan penemuan embriologi modern
ILMU ASTRONOMI
Garis Edar

Tatkala merujuk kepada matahari dan bulan di dalam Al Qur’an, ditegaskan bahwa masing-masing bergerak dalam orbit atau garis edar tertentu.
“Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya.” (Al Qur’an, 21:33)
astronomy
Disebutkan pula dalam ayat yang lain bahwa matahari tidaklah diam, tetapi bergerak dalam garis edar tertentu:
“Dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.” (Al Qur’an, 36:38)
astronomy-picture-of-the-day-20040305
Fakta-fakta yang disampaikan dalam Al Qur’an ini telah ditemukan melalui pengamatan astronomis di zaman kita. Menurut perhitungan para ahli astronomi, matahari bergerak dengan kecepatan luar biasa yang mencapai 720 ribu km per jam ke arah bintang Vega dalam sebuah garis edar yang disebut Solar Apex. Ini berarti matahari bergerak sejauh kurang lebih 17.280.000 kilometer dalam sehari. Bersama matahari, semua planet dan satelit dalam sistem gravitasi matahari juga berjalan menempuh jarak ini. Selanjutnya, semua bintang di alam semesta berada dalam suatu gerakan serupa yang terencana.
6463238113l
Keseluruhan alam semesta yang dipenuhi oleh lintasan dan garis edar seperti ini, dinyatakan dalam Al Qur’an sebagai berikut:
“Demi langit yang mempunyai jalan-jalan.” (Al Qur’an, 51:7)
Terdapat sekitar 200 milyar galaksi di alam semesta yang masing-masing terdiri dari hampir 200 bintang. Sebagian besar bintang-bintang ini mempunyai planet, dan sebagian besar planet-planet ini mempunyai bulan. Semua benda langit tersebut bergerak dalam garis peredaran yang diperhitungkan dengan sangat teliti. Selama jutaan tahun, masing-masing seolah “berenang” sepanjang garis edarnya dalam keserasian dan keteraturan yang sempurna bersama dengan yang lain. Selain itu, sejumlah komet juga bergerak bersama sepanjang garis edar yang ditetapkan baginya.
Garis edar di alam semesta tidak hanya dimiliki oleh benda-benda angkasa. Galaksi-galaksi pun berjalan pada kecepatan luar biasa dalam suatu garis peredaran yang terhitung dan terencana. Selama pergerakan ini, tak satupun dari benda-benda angkasa ini memotong lintasan yang lain, atau bertabrakan dengan lainnya. Bahkan, telah teramati bahwa sejumlah galaksi berpapasan satu sama lain tanpa satu pun dari bagian-bagiannya saling bersentuhan.
Dapat dipastikan bahwa pada saat Al Qur’an diturunkan, manusia tidak memiliki teleskop masa kini ataupun teknologi canggih untuk mengamati ruang angkasa berjarak jutaan kilometer, tidak pula pengetahuan fisika ataupun astronomi modern. Karenanya, saat itu tidaklah mungkin untuk mengatakan secara ilmiah bahwa ruang angkasa “dipenuhi lintasan dan garis edar” sebagaimana dinyatakan dalam ayat tersebut. Akan tetapi, hal ini dinyatakan secara terbuka kepada kita dalam Al Qur’an yang diturunkan pada saat itu: karena Al Qur’an adalah firman Allah.
Atap Yang Terpelihara
Dalam Al Qur’an, Allah mengarahkan perhatian kita kepada sifat yang sangat menarik tentang langit:
“Dan Kami menjadikan langit itu sebagai atap yang terpelihara, sedang mereka berpaling dari segala tanda-tanda (kekuasaan Allah) yang ada padanya.” (Al Qur’an, 21:32)
Sifat langit ini telah dibuktikan oleh penelitian ilmiah abad ke-20.
Atmosfir yang melingkupi bumi berperan sangat penting bagi berlangsungnya kehidupan. Dengan menghancurkan sejumlah meteor, besar ataupun kecil ketika mereka mendekati bumi, atmosfir mencegah mereka jatuh ke bumi dan membahayakan makhluk hidup.
t_komet2
Atmosfir juga menyaring sinar-sinar dari ruang angkasa yang membahayakan kehidupan. Menariknya, atmosfir hanya membiarkan agar ditembus oleh sinar-sinar tak berbahaya dan berguna, – seperti cahaya tampak, sinar ultraviolet tepi, dan gelombang radio. Semua radiasi ini sangat diperlukan bagi kehidupan. Sinar ultraviolet tepi, yang hanya sebagiannya menembus atmosfir, sangat penting bagi fotosintesis tanaman dan bagi kelangsungan seluruh makhluk hidup. Sebagian besar sinar ultraviolet kuat yang dipancarkan matahari ditahan oleh lapisan ozon atmosfir dan hanya sebagian kecil dan penting saja dari spektrum ultraviolet yang mencapai bumi.
atmosphere_layer_pic
Fungsi pelindung dari atmosfir tidak berhenti sampai di sini. Atmosfir juga melindungi bumi dari suhu dingin membeku ruang angkasa, yang mencapai sekitar 270 derajat celcius di bawah nol.
Tidak hanya atmosfir yang melindungi bumi dari pengaruh berbahaya. Selain atmosfir, Sabuk Van Allen, suatu lapisan yang tercipta akibat keberadaan medan magnet bumi, juga berperan sebagai perisai melawan radiasi berbahaya yang mengancam planet kita. Radiasi ini, yang terus- menerus dipancarkan oleh matahari dan bintang-bintang lainnya, sangat mematikan bagi makhuk hidup. Jika saja sabuk Van Allen tidak ada, semburan energi raksasa yang disebut jilatan api matahari yang terjadi berkali-berkali pada matahari akan menghancurkan seluruh kehidupan di muka bumi.
28_16A_Van_Allen_belts
VanAllenBelts
Dr. Hugh Ross berkata tentang perang penting Sabuk Van Allen bagi kehidupan kita:
Bumi ternyata memiliki kerapatan terbesar di antara planet-planet lain di tata surya kita. Inti bumi yang terdiri atas unsur nikel dan besi inilah yang menyebabkan keberadaan medan magnetnya yang besar. Medan magnet ini membentuk lapisan pelindung berupa radiasi Van-Allen, yang melindungi Bumi dari pancaran radiasi dari luar angkasa. Jika lapisan pelindung ini tidak ada, maka kehidupan takkan mungkin dapat berlangsung di Bumi. Satu-satunya planet berbatu lain yang berkemungkinan memiliki medan magnet adalah Merkurius – tapi kekuatan medan magnet planet ini 100 kali lebih kecil dari Bumi. Bahkan Venus, planet kembar kita, tidak memiliki medan magnet. Lapisan pelindung Van-Allen ini merupakan sebuah rancangan istimewa yang hanya ada pada Bumi. (http://www.jps.net/bygrace/index. html Taken from Big Bang Refined by Fire by Dr. Hugh Ross, 1998. Reasons To Believe, Pasadena, CA.)
6031-004-89E5D4FB
Energi yang dipancarkan dalam satu jilatan api saja, sebagaimana tercatat baru-baru ini, terhitung setara dengan 100 milyar bom atom yang serupa dengan yang dijatuhkan di Hiroshima. Lima puluh delapan jam setelah kilatan tersebut, teramati bahwa jarum magnetik kompas bergerak tidak seperti biasanya, dan 250 kilometer di atas atmosfir bumi terjadi peningkatan suhu tiba-tiba hingga mencapai 2.500 derajat celcius
Singkatnya, sebuah sistem sempurna sedang bekerja jauh tinggi di atas bumi. Ia melingkupi bumi kita dan melindunginya dari berbagai ancaman dari luar angkasa. Para ilmuwan baru mengetahuinya sekarang, sementara berabad-abad lampau, kita telah diberitahu dalam Al Qur’an tentang atmosfir bumi yang berfungsi sebagai lapisan pelindung.
solarinteraction
ILMU FISIKA
Rahasia Besi
Besi adalah salah satu unsur yang dinyatakan secara jelas dalam Al Qur’an. Dalam Surat Al Hadiid, yang berarti “besi”, kita diberitahu sebagai berikut:
“…Dan Kami turunkan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia ….” (Al Qur’an, 57:25)
Kata “anzalnaa” yang berarti “kami turunkan” khusus digunakan untuk besi dalam ayat ini, dapat diartikan secara kiasan untuk menjelaskan bahwa besi diciptakan untuk memberi manfaat bagi manusia. Tapi ketika kita mempertimbangkan makna harfiah kata ini, yakni “secara bendawi diturunkan dari langit”, kita akan menyadari bahwa ayat ini memiliki keajaiban ilmiah yang sangat penting.
Ini dikarenakan penemuan astronomi modern telah mengungkap bahwa logam besi yang ditemukan di bumi kita berasal dari bintang-bintang raksasa di angkasa luar.
154306_besi2
Logam berat di alam semesta dibuat dan dihasilkan dalam inti bintang-bintang raksasa. Akan tetapi sistem tata surya kita tidak memiliki struktur yang cocok untuk menghasilkan besi secara mandiri. Besi hanya dapat dibuat dan dihasilkan dalam bintang-bintang yang jauh lebih besar dari matahari, yang suhunya mencapai beberapa ratus juta derajat. Ketika jumlah besi telah melampaui batas tertentu dalam sebuah bintang, bintang tersebut tidak mampu lagi menanggungnya, dan akhirnya meledak melalui peristiwa yang disebut “nova” atau “supernova”. Akibat dari ledakan ini, meteor-meteor yang mengandung besi bertaburan di seluruh penjuru alam semesta dan mereka bergerak melalui ruang hampa hingga mengalami tarikan oleh gaya gravitasi benda angkasa.
1229365_besibeton
Semua ini menunjukkan bahwa logam besi tidak terbentuk di bumi melainkan kiriman dari bintang-bintang yang meledak di ruang angkasa melalui meteor-meteor dan “diturunkan ke bumi”, persis seperti dinyatakan dalam ayat tersebut: Jelaslah bahwa fakta ini tidak dapat diketahui secara ilmiah pada abad ke-7 ketika Al Qur’an diturunkan.
Penciptaan Yang Berpasang-pasangan
“Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui.” (Al Qur’an, 36:36)
1_296038660l
Meskipun gagasan tentang “pasangan” umumnya bermakna laki-laki dan perempuan, atau jantan dan betina, ungkapan “maupun dari apa yang tidak mereka ketahui” dalam ayat di atas memiliki cakupan yang lebih luas. Kini, cakupan makna lain dari ayat tersebut telah terungkap. Ilmuwan Inggris, Paul Dirac, yang menyatakan bahwa materi diciptakan secara berpasangan, dianugerahi Hadiah Nobel di bidang fisika pada tahun 1933. Penemuan ini, yang disebut “parité”, menyatakan bahwa materi berpasangan dengan lawan jenisnya: anti-materi. Anti-materi memiliki sifat-sifat yang berlawanan dengan materi. Misalnya, berbeda dengan materi, elektron anti-materi bermuatan positif, dan protonnya bermuatan negatif. Fakta ini dinyatakan dalam sebuah sumber ilmiah sebagaimana berikut:
AtomLabeledLarge
“…setiap partikel memiliki anti-partikel dengan muatan yang berlawanan … … dan hubungan ketidakpastian mengatakan kepada kita bahwa penciptaan berpasangan dan pemusnahan berpasangan terjadi di dalam vakum di setiap saat, di setiap tempat.”
ILMU GEOGRAFI
Kadar Hujan
Fakta lain yang diberikan dalam Al Qur’an mengenai hujan adalah bahwa hujan diturunkan ke bumi dalam kadar tertentu. Hal ini disebutkan dalam Surat Az Zukhruf sebagai berikut;
“Dan Yang menurunkan air dari langit menurut kadar (yang diperlukan) lalu Kami hidupkan dengan air itu negeri yang mati, seperti itulah kamu akan dikeluarkan (dari dalam kubur).” (Al Qur’an, 43:11)
Kadar dalam hujan ini pun sekali lagi telah ditemukan melalui penelitian modern. Diperkirakan dalam satu detik, sekitar 16 juta ton air menguap dari bumi. Angka ini menghasilkan 513 trilyun ton air per tahun. Angka ini ternyata sama dengan jumlah hujan yang jatuh ke bumi dalam satu tahun. Hal ini berarti air senantiasa berputar dalam suatu siklus yang seimbang menurut “ukuran atau kadar” tertentu. Kehidupan di bumi bergantung pada siklus air ini. Bahkan sekalipun manusia menggunakan semua teknologi yang ada di dunia ini, mereka tidak akan mampu membuat siklus seperti ini.
Bahkan satu penyimpangan kecil saja dari jumlah ini akan segera mengakibatkan ketidakseimbangan ekologi yang mampu mengakhiri kehidupan di bumi. Namun, hal ini tidak pernah terjadi dan hujan senantiasa turun setiap tahun dalam jumlah yang benar-benar sama seperti dinyatakan dalam Al Qur’an.
watercyclebahasalow1
Pembentukan Hujan
Proses terbentuknya hujan masih merupakan misteri besar bagi orang-orang dalam waktu yang lama. Baru setelah radar cuaca ditemukan, bisa didapatkan tahap-tahap pembentukan hujan..
Pembentukan hujan berlangsung dalam tiga tahap. Pertama, “bahan baku” hujan naik ke udara, lalu awan terbentuk. Akhirnya, curahan hujan terlihat.
Tahap-tahap ini ditetapkan dengan jelas dalam Al-Qur’an berabad-abad yang lalu, yang memberikan informasi yang tepat mengenai pembentukan hujan,
“Dialah Allah Yang mengirimkan angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendakiNya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal; lalu kamu lihat air hujan keluar dari celah-celahnya; maka, apabila hujan itu turun mengenai hamba-hambaNya yang dikehendakiNya, tiba-tiba mereka menjadi gembira” (Al Qur’an, 30:48)
TAHAP KE-1: “Dialah Allah Yang mengirimkan angin…”
Gelembung-gelembung udara yang jumlahnya tak terhitung yang dibentuk dengan pembuihan di lautan, pecah terus-menerus dan menyebabkan partikel-partikel air tersembur menuju langit. Partikel-partikel ini, yang kaya akan garam, lalu diangkut oleh angin dan bergerak ke atas di atmosfir. Partikel-partikel ini, yang disebut aerosol, membentuk awan dengan mengumpulkan uap air di sekelilingnya, yang naik lagi dari laut, sebagai titik-titik kecil dengan mekanisme yang disebut “perangkap air”.
TAHAP KE-2: “…lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendaki-Nya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal…”
Awan-awan terbentuk dari uap air yang mengembun di sekeliling butir-butir garam atau partikel-partikel debu di udara. Karena air hujan dalam hal ini sangat kecil (dengan diamter antara 0,01 dan 0,02 mm), awan-awan itu bergantungan di udara dan terbentang di langit. Jadi, langit ditutupi dengan awan-awan.
TAHAP KE-3: “…lalu kamu lihat air hujan keluar dari celah-celahnya…”
Partikel-partikel air yang mengelilingi butir-butir garam dan partikel -partikel debu itu mengental dan membentuk air hujan. Jadi, air hujan ini, yang menjadi lebih berat daripada udara, bertolak dari awan dan mulai jatuh ke tanah sebagai hujan.
Semua tahap pembentukan hujan telah diceritakan dalam ayat-ayat Al-Qur’an. Selain itu, tahap-tahap ini dijelaskan dengan urutan yang benar. Sebagaimana fenomena-fenomena alam lain di bumi, lagi-lagi Al-Qur’anlah yang menyediakan penjelasan yang paling benar mengenai fenomena ini dan juga telah mengumumkan fakta-fakta ini kepada orang-orang pada ribuan tahun sebelum ditemukan oleh ilmu pengetahuan.
Dalam sebuah ayat, informasi tentang proses pembentukan hujan dijelaskan:
“Tidaklah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkan antara (bagian-bagian)nya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih, maka kelihatanlah olehmu hujan keluar dari celah-celahnya dan Allah (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan- gumpalan awan seperti) gunung-gunung, maka ditimpakan-Nya (butiran-butiran) es itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya dari siapa yang dikehendaki-Nya. Kilauan kilat awan itu hampir-hampir menghilangkan penglihatan.” (Al Qur’an, 24:43)
Para ilmuwan yang mempelajari jenis-jenis awan mendapatkan temuan yang mengejutkan berkenaan dengan proses pembentukan awan hujan. Terbentuknya awan hujan yang mengambil bentuk tertentu, terjadi melalui sistem dan tahapan tertentu pula. Tahap-tahap pembentukan kumulonimbus, sejenis awan hujan, adalah sebagai berikut:
Proses terjadinya hujan1
TAHAP – 1, Pergerakan awan oleh angin: Awan-awan dibawa, dengan kata lain, ditiup oleh angin.
TAHAP – 2, Pembentukan awan yang lebih besar: Kemudian awan-awan kecil (awan kumulus) yang digerakkan angin, saling bergabung dan membentuk awan yang lebih besar.
TAHAP – 3, Pembentukan awan yang bertumpang tindih: Ketika awan-awan kecil saling bertemu dan bergabung membentuk awan yang lebih besar, gerakan udara vertikal ke atas terjadi di dalamnya meningkat. Gerakan udara vertikal ini lebih kuat di bagian tengah dibandingkan di bagian tepinya. Gerakan udara ini menyebabkan gumpalan awan tumbuh membesar secara vertikal, sehingga menyebabkan awan saling bertindih-tindih. Membesarnya awan secara vertikal ini menyebabkan gumpalan besar awan tersebut mencapai wilayah-wilayah atmosfir yang bersuhu lebih dingin, di mana butiran-butiran air dan es mulai terbentuk dan tumbuh semakin membesar. Ketika butiran air dan es ini telah menjadi berat sehingga tak lagi mampu ditopang oleh hembusan angin vertikal, mereka mulai lepas dari awan dan jatuh ke bawah sebagai hujan air, hujan es, dsb. (Anthes, Richard A.; John J. Cahir; Alistair B. Fraser; and Hans A. Panofsky, 1981, The Atmosphere, s. 269; Millers, Albert; and Jack C. Thompson, 1975, Elements of Meteorology, s. 141-142)
Kita harus ingat bahwa para ahli meteorologi hanya baru-baru ini saja mengetahui proses pembentukan awan hujan ini secara rinci, beserta bentuk dan fungsinya, dengan menggunakan peralatan mutakhir seperti pesawat terbang, satelit, komputer, dsb. Sungguh jelas bahwa Allah telah memberitahu kita suatu informasi yang tak mungkin dapat diketahui 1400 tahun yang lalu.
Lapisan-Lapisan Atmosfer
Satu fakta tentang alam semesta sebagaimana dinyatakan dalam Al Qur’an adalah bahwa langit terdiri atas tujuh lapis.
“Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak menuju langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.” (Al Qur’an, 2:29)
“Kemudian Dia menuju langit, dan langit itu masih merupakan asap. Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa dan Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya.” (Al Qur’an, 41:11-12)
Kata “langit”, yang kerap kali muncul di banyak ayat dalam Al Qur’an, digunakan untuk mengacu pada “langit” bumi dan juga keseluruhan alam semesta. Dengan makna kata seperti ini, terlihat bahwa langit bumi atau atmosfer terdiri dari tujuh lapisan.
1-atmosferSaat ini benar-benar diketahui bahwa atmosfir bumi terdiri atas lapisan-lapisan yang berbeda yang saling bertumpukan. Lebih dari itu, persis sebagaimana dinyatakan dalam Al Qur’an, atmosfer terdiri atas tujuh lapisan. Dalam sumber ilmiah, hal tersebut diuraikan sebagai berikut:
Para ilmuwan menemukan bahwa atmosfer terdiri diri beberapa lapisan. Lapisan-lapisan tersebut berbeda dalam ciri-ciri fisik, seperti tekanan dan jenis gasnya. Lapisan atmosfer yang terdekat dengan bumi disebut TROPOSFER. Ia membentuk sekitar 90% dari keseluruhan massa atmosfer. Lapisan di atas troposfer disebut STRATOSFER. LAPISAN OZON adalah bagian dari stratosfer di mana terjadi penyerapan sinar ultraviolet. Lapisan di atas stratosfer disebut MESOSFER. . TERMOSFER berada di atas mesosfer. Gas-gas terionisasi membentuk suatu lapisan dalam termosfer yang disebut IONOSFER. Bagian terluar atmosfer bumi membentang dari sekitar 480 km hingga 960 km. Bagian ini dinamakan EKSOSFER. .
(Carolyn Sheets, Robert Gardner, Samuel F. Howe; General Science, Allyn and Bacon Inc. Newton, Massachusetts, 1985, s. 319-322)
layat510
Jika kita hitung jumlah lapisan yang dinyatakan dalam sumber ilmiah tersebut, kita ketahui bahwa atmosfer tepat terdiri atas tujuh lapis, seperti dinyatakan dalam ayat tersebut.
1. Troposfer
2. Stratosfer
3. Ozonosfer
4. Mesosfer
5. Termosfer
6. Ionosfer
7. Eksosfer
Keajaiban penting lain dalam hal ini disebutkan dalam surat Fushshilat ayat ke-12, “… Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya.” Dengan kata lain, Allah dalam ayat ini menyatakan bahwa Dia memberikan kepada setiap langit tugas atau fungsinya masing-masing. Sebagaimana dapat dipahami, tiap-tiap lapisan atmosfir ini memiliki fungsi penting yang bermanfaat bagi kehidupan umat manusia dan seluruh makhluk hidup lain di Bumi. Setiap lapisan memiliki fungsi khusus, dari pembentukan hujan hingga perlindungan terhadap radiasi sinar-sinar berbahaya; dari pemantulan gelombang radio hingga perlindungan terhadap dampak meteor yang berbahaya.
ionospherelayers
Salah satu fungsi ini, misalnya, dinyatakan dalam sebuah sumber ilmiah sebagaimana berikut:
1. Melindungi bumi dari benda-benda angkasa yang jatuh ke bumi karena terkena gaya gravitasi bumi.
2. Melindungi bumi dari radiasi ultraviolet yang berbahaya bagi kehidupan makhluk hidup dengan lapisan ozon.
3. Mengandung gas-gas yang dibutuhkan manusia, hewan dan tumbuhan untuk bernafas dan untuk keperluan lainnya seperti oksigen, nitrogen, karbon dioksida, dan lain sebagainya.
4. Media cuaca yang mempengaruhi awan, angin, salju, hujan, badai, topan, dan lain-lain.
Adalah sebuah keajaiban besar bahwa fakta-fakta ini, yang tak mungkin ditemukan tanpa teknologi canggih abad ke-20, secara jelas dinyatakan oleh Al Qur’an 1.400 tahun yang lalu.

Hubungan Al-Qur’an dengan Sains bagi Seorang Muslim

Sebagaimana telah kita ketahui bahwa menurut Al-Qur’an, manusia adalah makhluk yang berpotensi untuk menguasai ilmu pengetahuan. Allah lah yang mengajari manusia semua hal yang sebelumnya tidak diketahuinya:
Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya. (Q.S Al-‘Alaq [96]: 5)
Kemanusiaan manusia (insatiyyatul-insaniyah) diukur antara lain oleh interaksinya dengan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, berkali-kali dikemukakan dalam Al-Qur’an yang menghasilkan ilmu (afala yandzuruna, afala ta’qiluna,dan sebagainya). Manusia diangkat sebagai khalifah-Nya dibedakan dari makhluk yang lain karena ilmu pengetahuan:
Dan dia maengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian menegmukakannya kepada para malaikat lalu berfirman:”Sebutkanlah kepada-Ku nama-nama benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar.”(Q.S Al-Baqarah [2]: 31)
Dan manusia yang paling ideal dalam pandangan Al-Qur’an adalah manusia yang mencapai derajat ketinggian iman dan ilmu pengetahuan:
Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Q.S Al-Mujadilah [58]: 11)
Hanya, perlu diingat bahwa tujuan utama dari kepemilikan ilmu pengetahuan tidak semata-mata untuk mencerdaskan akal pikiran, mempunyai kemampuan berdebat dan berdiskusi, tetapi untuk meningkatkan keimanan dan keyakinan kepada Allah Swt., sebagaimana firmanya:
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang, terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan penciptaan langit dan bumi (seraya berkata):”Ya Tuhan kami, tiadalah engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” (Q.S Ali ‘Imran [3]: 190-191)
Di samping itu, tujuan mencari ilmu adalah untuk meningkatkan amal ibadah yang kita tujukan dalam mencari ridha-Nya, sekaligus untuk meningkatkan kualitas amal saleh bagi kepentingan hidup kemanusiaan. Orang yang paling baik dalam pandangan Islam adalah orang yang paling bermanfaat bagi kehidupan kemanusiaan, sebagaimana yang dikemukakan dalam sebuah Hadist Nabi.
Ilmu pengetahuan, menurut Al-Qur’an, dapat diperoleh melalui berbagai macam cara. Diantaranya melalui indra, seperti sama’ (pendengaran) yang biasanya bersifat verbal, dan bashar (penglihatan) yang biasanya menghasilkan ilmu pengetahuan yang bersifat observasional-eksperimental. Selain itu, ada beberapa contoh yang dapat dikemukakan, misalnya Allah Swt. mengajari Qabil cara mengubur mayat melalui perantaraan burung gagak:
Kemudian Allah menyuruh seekor burung gagak menggali-gali di bumi untuk memperlihatkan kepadanya bagaimana dia seharusya menguburkan mayat saudaranya. Berkata Qabil:”Aduhai celaka aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, lalu aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini.” Karena itu, jadilah dia termasuk orang-orang yang menyesal. (Q.S Al-Maidah [5]: 31)
Mengajarkan seorang laki-laki tentang pengertian kebangkitan melalui pengamatan eksperimental:
Atau apakah (kamu tidak memperhatikan) orang yang melalui suatu negeri yang (temboknya) telah roboh menutupi atapnya. Dia berkata: :” Bagaimana Allah menghidupkan kembali negeri ini setelah hancur?” Maka Allah mematikan orang itu seratus tahun, kemudian menghidupkannya kembali. Allah bertanya:”Berapa lama kamu tinggal disini?” Ia menjawab:”Saya telah tinggal di sini sehari atau setengah hari.”Allah berfirman:”Sebenarnya kamu telah tinggal di sini seratus tahun lamanya; lihatlah kepada makanan dan minuman yang belum berubah; dan lihatlah kepada keledai kamu (yang telah menjadi tulang-belulang); Kami akan menjadikan kamu tanda kekuasaan Kami bagi manusia; dan lihatlah kepada tulang-belulang keladai itu, bagaimana Kami menusunnya kembali, kemudian Kami membalutnya dengan daging.” Maka tatkala telah nyata kepadanya (bagimana Allah menghidupkan yang telah mati) dia pun berkata:”Saya yakin bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (Q.S Al-Baqarah [2]: 259)
Allah menunjukkan kepada Nabi Ibrahim a.s bagaimana menghidupkan yang mati juga melalui eksperimen:
Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata:”Ya Tuhanku, perlihatkanlah padaku bagaimana Engkau menghidupkan orang mati.” Allah berfirman:”Belum yakinkah kamu?” Ibrahim menjawab:”Aku meyakininya. Akan tetapi, agar hatiku tetap mantap (dengan imanku).” Allah berfirman:”(Kalau demikian), ambillah empat ekor burung, lalu cincanglah semuanya olehmu. Lalu letakkan di atas tiap-tiap satu bukit satu bagian dari bagian-bagian itu, kemudian panggillah mereka. Niscaya mereka datang kepadamu dengan segera.”Dan ketahuilah bahwa Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Q.S Al-Baqarah [2]: 260)
Pengetahuan pun dapat dicapai melalui akal, qalbu, dan fu’ad, yang dengannya dapat ditangkap ayat-ayat Allah pada kejadian di alam semesta:
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (keringnya) dan Dia sebarkan di bumi segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan (Q.S Al-Baqarah [2]: 164)
Dengan menggunakan mekanisme fu’ad ini, kadangkala manusia menghasilkan ilmu yang bersifat transcendental-filosofis. Karena itu, kelak kemudian hari, Allah Swt. meminta pertanggungjawaban manusia atas penggunaan sama’, bashar, dan fu’ad-nya:
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan dimintai pertanggungjawaban. (Q.S Al-Isra’ [17]: 36)
Semangat Al-Qur’an dalam mendorong umat Islam untuk bekerja sungguh-sunguh pada pencarian ilmu harus terus disosialisikan hal ini karena dunia masa kini, apalagi masa depan, adalah dunia yang dikuasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Siapa yang menguasai keduanya, secara lahiriah akan menguasai dunia. Jika dikatakan ilmu pengetahuan merupakan infrastruktur, keduanya akan menentukan suprastruktur dunia internasional, termasuk kebudayaan, moral, hokum dan juga perilaku keagamaan. Jika umat Islam ingin kembali memainkan perannya sebagai khairu ummah (umat terbaik, Q.S Ali ‘Imran [3]: 110) dan ummatan wasathan (umat pilihan, Q.S al-Baqarah [2]: 143) menjadi saksi atas kebenaran ajaran-Nya, pengetahuan kealaman (natural sciences) dan sosial (social sciences) harus diikat, dilandasi, dan diarahkan sejalan dengan nilai yang terdapat dalam Al-Qur’an dan Sunnah. Syaratnya, umat Islam harus menguasai keduanya.
Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar,… (Q.S Ali ‘Imran [3]: 110)
Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. (Q.S Al-Baqarah [2]: 143)